Disclaimer : Theirself
ONE SHOT
Cast : Lee Seung Hyun as Seung Ri
Lee Chae Rin as Seung Ri Stepsisters
Gong Minji as Minzy
Sandara Park as Minzy cousin -no dialog-
Thunder as Sandara Park Brother
Balkon apartemen, udara dingin menyelimuti kota tapi tidak untukku. Aroma alkohol masih menusuk hidungku, walaupun aku meminumnya sudah 2 jam yang lalu tapi bau itu masih menyengat. Aku duduk di tepi kursi kayu tua. Ya, aku tak begitu kaya untuk membeli kursi balkon baru. Lagi-lagi aku terjebak dalam situasi seperti ini
“Kakak !” Seung Ri datang dan meletakkan secangkir teh di hadapanku dan tersenyum manja. Aku segera menepisnya dengan menggeser ke depannya. Dari sudut mataku, terlihat dia memanyunkan bibirnya dan memutar topinya. Ekspresi yang aku tunggu, tapi aku hanya diam menatap dengan tajam ke arahnya.
“Aku ini adikmu, Chae Rin” katanya sambil menggeser cangkir itu kembali ke hadapanku lalu duduk di depanku. Aku menoleh ke arahnya dengan tatapan yang tajam membuat dia tertunduk menutupi guratan di wajahnya.
“Aku tau. apa kau mau kita berpelukan dan aku menangis lalu berkata ‘Aku ini kakakmu, Seung Ri’? Kau bisa bersikap dewasa ? Kalau ingin seperti itu kau cari saja kakak yang lain” tanyaku dengan ketus lalu berpaling kembali melihat lurus gedung gedung yang mulai berlomba menyalakan lampu pada malam hari.
“Kakak. . .aku tau aku bukan adik kandungmu, tapi . . .” lanjutnya dengan tatapan innocentnya mengangkat satu alisnya
“Seung Ri, bisakah kau tinggalkan aku sendiri ?” tanyaku padanya masih dengan tatapan tajam lalu bangkit dari kursiku dan meninggalkannya sendiri di balkon apartement kami.
Aku masuk ke dalam, disusul oleh langkah Seung Ri yang lebih cepat dariku. Aku tak peduli. Aku terus berjalan masuk lalu mencari dimana kunci motorku ku letakkan. Aku terus mencari di rak, di lemari hingga kolong sofa tapi, tak ku temukan.
“Kau mencari ini ?” tanya Seung Ri tersenyum lebar. Aku menoleh ke arahnya. Wajah tengil dengan senyum khasnya. Dia mengangkat tangannya, kunci motorku menggantung di jari telunjuknya.
“Kakak, jangan pernah tinggalkan aku sendiri lagi. Seperti 1 tahun yang lalu” kata Seung Ri dengan matanya yang berbinar dan mencondongkan mukanya. Aku tak bisa melihatnya seperti itu, semakin sulit aku meninggalkannya. Aku langsung merebut kunci darinya dan segera keluar dari aparteman tanpa menoleh ke hadapannya.
“Kalau begini aku susah untuk meninggalkanmu” gumamku sambil membanting pintu apartamen, terdengar dia berteriak histeris di susul dengan suara barang-barang berjatuhan.
Aku menyusuri kota dengan motor putihku ini. Seperti biasa, aku harus bekerja malam. Bukan hal sulit untukku menjadi salah satu penyalur barang-barang ilegal. Itu caranya aku bisa mendapatkan uang dengan cepat untuk mengobati penyakit Seung Ri yang semakin parah. Dia bukan adik kandungku, tapi dia di adopsi ibuku sewaktu aku menginginkan adik laki-laki. Kupercepat lajuku menuju ke pelabuhan, kali ini aku bertugas mengatur penyelundupan barang barang dari luar negeri.
##
Seung Ri POV
Dimana kakak ? aku tak menemukannya di seluruh penjuru apartemen, apa dia tidak pulang tadi malam ? aish susuahnya punya kakak yang keras kepala separti dia. Baddest Female. Itu julukan yang pas untuk seorang kakak seperti di, tapi dia tak seperti itu. kalau dia “Baddest Female” bagaimana dia bisa menghidupi diribnya sendiri dan aku. Aku bangkit menuju dapur, menyiapkan sandwich lalu berangkat sekolah dengan naik bus. Ya, kebiasaan sejak ibu tak ada. Kakakku memang enggan untuk mengantarku, mungkin dia ingin aku mandiri.
“Seung Ri” sapaan dari teman temanku selalu mengikuti langkahku menuju kelas. Aku hanya tersenyum tipis sebagai jawabannya.
“Seung Ri, tunggu !!” seseorang berteriak dari belakang, suara sudah sangat aku kenal. Gong Minji. Tapi dia hanya mau dipanggil Minzy. Hahaha, mungkin karena terlalu kuno namanya ?
“Ada apa Minzy ?” tanyaku menyunggingkan senyum lebarku saat Minzy menyamai langkahku.
“Seung Ri, kakakmu . . .” jawabnya dengan memegangi lututnya sambil mengatur nafasnya. Aku menunduk lalu memegang pundaknya.
“Ada apa dengan kakak ku ?” tanyaku sambil menegakkan wajah Minzy lalu tersenyum tipis melihat dia ngos ngosan.
“Bukan waktunya bercanda, bodoh !!! Dalam bahaya. Polisi sedang mencarinya. Mereka kira kakakmu terlibat kasus penculikan dan pembunuhan pengacara muda” Minzy berbisik dekat telingaku lalu menjitakku. Hanya dia yang tau siapa aku dan Chae Rin.
“Dimana dia ?” tanyaku dengan meninggikan suara, tanpa sedikit senyum yang selalu ada di mulutku. Senyuman itu berubah dengan kepanikanku.
“Dia ingin bertemu denganmu. Sekarang ada di gedung belakang sekolah” balasnya dengan wajah yang khawatir. Aku segera berlari untuk menuju gedung belakang sekolah, kuhiraukan bel masuk yang mengantarku keluar koridor sekolah.
Tak membutuhkan waktu yang lama, aku sudah ada di dalam gedung bekas kebakaran dengan berlari. Aku tau dimana kakak berada. Di balkon atas, biasanya dia kesana kalau ingin menemuiku. Aku segera menaiki tangga, kulihat kakakku dengan langkah sempoyongan mendekatiku di tepi balkon.
“Seung Ri, kau berlari lebih cepat sekarang” katanya sambil menepuk pundakku. Kulihat wajahnya yang pucat dan kantung mata yang besar.
“Kakak, ada apa ?” tanyaku sambil menuntunnya duduk di tembok lalu merapikan poninya yang berantakan.
“. . . .”
“Kak !! Aku ini adikmu. Cerita padaku !!” seruku sambil memegang pundaknya yang lemas mengangkat kedua alisku ke atas dan ke bawah.
“Aku harus kembali ke Jepang. Polisi mengincarku”
“Tapi kau tak melakukannya kan ?”
“Bodohnya aku menandatangani dalam keadaan mabuk. Tangaku terlalu suci untuk menculik dan membunuh seorang pengacara”
“Siapa dia ? dimana dia sekarang ? biar aku yang menghajarnya !” tanya ku “Seperti ini, atau seperti ini” Aku mengepalkan tangan dan meninju di udara.
“. . . .”
“Kak, aku tak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya”
“Benarkah ? Kalau begitu. . .ini” katanya sambil merogoh sakunya dan mengeluarkan amplop coklat dan memberikannya untukku. Aku segera menerima dan membukanya.
“Apa ini ?”
“Itu uang, cukup untuk biaya hidupmu selama 3 tahun. Kau juga harus datang kerumah sakit setiap minggunya” katanya yang mulai bangkit dari duduknya. Aku segera menyusulnya.
“. . .”
“Sewa apartemen dan biaya rumah sakit sudah aku lunasi. Jadi tolong berobatlah ke rumah sakit, kalau kau masih ingin aku kembali”
“Kakak . . .” kataku lirih sambil menutup amplop dan memberikannya pada kakakku tapi dia menolak dan memasukkan ke saku seragamku
“Aku harus pergi sekarang”
“Kakak ! Apa kau setega ini pada adikmu ? Baiklah aku tak akan bersikap manja lagi mulai saat ini. Jadi kau jangan pergi !”
“Seung Ri, kalau kau benar laki-laki jangan lakukan itu” katanya yang mulai menaiki motornya dan mengegas. Aku berlari ke arahnya
“Kakak ! Aku hanya punya kau !” kataku langsung mencium pipi kirinya dan memeluknya erat. Dia memainkan gas motornya. Perlahan tapi pasti laju motornya memaksaku untuk melepaskan pelukanku. Di balkon gedung untuk kedua kalinya. Aku tertunduk dan menjatuhkan diri ke lantai. Kulihat punggungnya yang menjauh dengan cepat bersama motor putihnya.
“BODOH !!! tidak seharusnya membiarkan kakakku pergi sendirian !”
##
2 Tahun kemudian. . .
Aku masih merasakan sakit karena kejadian 2 tahun lalu. Chae Rin, entah dimana dia sekarang. Apa dia benar benar ke Jepang ? Pelaku penculikan yang dituduhkan pada kakakku sudah tertangkap oleh polisi, tanpa bantuanku. Entah dari mana bukti bukti menjurus ke teman lama kakakku itu bermunculan satu satu karena surat rahasia yang selalu kuterima sepulang sekolah
“Seung Ri !! selamat ya, kau lulus dengan nilai terbaik !!” teriak seseorang dari kerumunan murid yang sedang memadati aula untuk merayakan kelulusan. Aku menoleh ke asal suara
“Minzy. . .” gumamku melihat Minzy berhasil keluar dari kerumunan itu dan menghampiriku dengan seragam penuh dengan tepung dan telur. Ya, itu kebiasaan kalau merayakan lulus.
“YA !! Seung Ri, selamat dapat nilai terbaik” katanya langsung menepuk punggungku. Aku tersenyum lebar.
“Kau juga ! kulihat kau menjadi 5 besar” balasku menarik pipinya. Dia segera menepis tanganku dan kembali memasang wajah tegasnya.
“Ayo kita ke gedung !!” ajaknya menarik kerahku membuat harus berjalan munduk mengikuti langkahnya.
“Minzy untuk apa kita kesini ?” tanyaku heran saat sudah berdiri di balkon gedung di belakang sekolah kami. Tempat dimana pertemuan terakhirku dengan kakakku. Aku menerawang jauh, mengingat kejadian kejadian yang terputar kambali di memeori otakku. Walaupun aku sedikit lupa karena penyakitku yang menyebabkan aku menjadi lupa.
“Ah. . .segar sekali daranya.” Serunya melihat ke atas sambil tiduran di tepi balkon, menekuk kakinya lalu tangan kanannya masuk ke saku sedangkan tangan kirinya menjadi alas untuk tidur.
“Minzy. Ada apa denganmu ? bukankah kau takut ketinggian ?” tanyaku lalu tidur di sebelah Minzy
“Aku ingin seperti ini. Aku akan ikut orang tuaku ke Jepang, jadi mungkin ini terakhir kali aku bersamamu, Seung Ri”
“. . . .”
“Seung Ri, kuharap kau bisa terus melanjutkan hidupmu dan tidak bergantung pada orang lain. Hilangkan sifat kekanak kanakanmu”
“Ha ha ha. . .Jadi itu alasanmu membawa kesini. HUH !!” kataku sambil duduk melipat kakiku. “Aku sudah kehilangan kakakku, jangan sampai aku kehilangan kau, Minzy !!”
“Kau ikut aku ke Jepang saja” kata Mini dengan yakin lalu duduk di sebelahku menyilakan kakinya.
“Ah, aku ? tidak. Aku harus menunggu kakakku”
“Kalian tidak mirip, kalau kalian menganggap saudara kenapa hubunganmu tidak baik dengan kakakmu ?”
“YA ! entah, aku merasa ada yang dia sembunyikan dariku.”
“Kau menyukainya ?”
“Aku ? entahlah, aku bingung. Sudah lama aku mencarinya, tapi nihil. Bahkan aku sempat di kejar anjing karena memberontak masuk” Jawabku dengan sedikit tertawa mengingat kejadian waktu itu.
##
“Aku mau masuk ! Tolong biarkan aku masuk !” rontaku dengan terus mencoba menerobos 2 orang bertubuh kekar di hadapanku. Bukan tanpa sebab, sepulang sekolah aku berpapasan orang yang mirip dengan kakakku. setelah berapa lama aku ikuti ternyata dia masuk ke dalam rumah mewah ini.
“Kau ini masih kecil ! Tak boleh masuk”
“Tapi tadi itu yang barusan masuk kakakku !”
“Hey.. sudah banyak yang mengakui CL sebagai keluarganya.”
“Tipuan apa lagi yang kau buat ? Lihatlah. Bahkan sama sekali kau tak mirip dengannya”
“Tapi aku ini adiknya... namanya Lee Chae Rin, sedangkan aku Lee Seung Hyun !” aku segera menunjukkan Name Tag ku.
“Aish.. dasar anak SMA ! Pakai cara halus tak bisa, kita pakai cara kasar” Mereka berpandangan sejenak dan mengeluarkan senyum evilnya.
“Dogie !” aning besar berwarna hitam muncul dari balik pintu.
GUK GUK GUK
“HYA ! Pantatku !”
##
“Kurasa aku merindukanmu Tory" suara tak asing lagi bagiku, asalnya dari belakangku. Chae Rin, kakakku. Suara yang sudah lama tak terdengar tapi masih terekam rapi di telingaku. Aku menoleh diikuti senyuman dari Minzy. Dia berdiri dengan Rambutnya sekarang berwarna kuning dan sedikit berantakan dengan memakai jaket kulit. Aku tertegun melihatnya lalu bangkit dan berlari ke arahnya.
“Kakak. . .” seruku sambil memeluk kakakku dan memutarnya di udara. "Wah ! Bahkan kau sekarang tidak berjerawat !"
“Seung Ri ! aku juga mau di puter-puter kaya Chae Rin-eonnie!” teriak Minzy sambil menjewer kupingku. Aku hanya tersenyum lebar melihat keduanya.
“Kemana saja, kakak ini !” tanyaku sambil merangkul pundaknya. dia melepas kacamata hitam yang dari tadi dia pakai.
“Aku ? Di rumah saudaranya Minzy. Hahaha. . .”
“Jadi yang ada di rumah itu....”
"Ya, itu aku. Aku menyuruh mereka mengusirmu. kalau tidak kau akan menghancurkan rencanaku. Itu rumah sepupu Minzy, Sandara adalah teman SMA ku. Minzy berjanji akan menyembunyikannya darimu”
“AAAA. . .Gong Minzy, kau harus membayarnya karena menyembunyikannya dariku” teriakku sambil menggelitiki Minzy.
“Sudah Seung Ri, geli” katanya sambil melindungi dirinya di belik kakakku.
“Bagaimana keadaanmu ? Sudah baik kan setelah di kemoterapi ?” tanya kakak menitak kepalaku.
“Iya, tapi ingatanku akan berkurang” kataku menghentikan menggelitikki Minzy dan menunduk.
“Kalau bagitu aku tak akan meninggalkanmu lagi, Seung Ri” kata kakak sambil merangkul lalu mengajakku untuk turun
“Kalian ! selalu meninggalkanku !” teriak Minzy menjitak kepala kami berdua.
EPILOG
"KAKAK !" Seung Ri berteriak di belakangku, sepertinya dia benar benar penasaran denganku setelah bertabrakan di tangah jalan tadi. Kupercepat langkahku menuju rumah Dara, sahabatku. Rumahnya memang mewah, bersih. Setidaknya aku tak perlu mengeluarkan uang banyak untuk menyewa apartement. Orang tuanya mengijinkanku untuk tinggal disana, mungkin karena Dara hanya tinggal dengan adiknya bernama Thunder dan para pelayan dirumahnya.
BRUK !
Aku tersenyum kecut saat seseorang menabrakku.
"Ada apa mbak Chae Rin ?" tanya orang itu dengan sedikit menunduk. orang yang disampingnya juga terlihat menundukkan kepalanya.
"Tolong akuu, jangan sampai dia masuk rumah Dara. Tolong kau usir dia" pintaku kepada orang yang sedang berdiri di depanku. bodyguard, ayah dara memang lebih memilih menyewa bodyguard daripada satpam. Bodyguard itu mengangguk, mengerti.
"Apa itu adikmu yang sering kau ceritakan ?" tanya seseorang yang uncul di balik pintu pagar. dia adalah Thunder.
"Iya, usianya juga tak jauh beda denganmu. tolong aku"
"KYA ! KAKAK ! JANGAN BERJALAN SECEPAT ITU !" suara itu semakin mendekat. aku segera menerobos Bodyguard itu kemudian menarik tangan Thunder agar mengikutiku masuk.
"KAKAK ! KENAPA MALAH MASUK !"
aku melihat dari sela-sela taman di samping rmah Dara, Seung Ri sedang mencoba melewati 2 bodyguard itu.
"Kau benar benar tega dengan adikmu sendiri, Ddokchae" kata Thunder tanpa melepas pandangannya ke arah Seung Ri. aku menoleh ke arahnya, meskipun anak itu benar-benar 'tertarik' dengan perlawanan Seung Ri.
"Kalau aku tidak seperti ini dia akan selalu bergantung pada orang lain. dia harus sadar kalau usianya sudah 19 tahun"
Ingatan, itu seharusnya menjadi sebuah buku yang terus terisi
Itu juga yang membuat orang akan lebih dewasa
Selain itu ingatan yang akan terhapus akan diganti oleh yang lain
Tapi tidak tau untuk ingatan Seung Ri terhadapku, ataupun Minzy.
Walaupun sebentar lagi ingatannya pasti akan hilang, namun Seung Ri benar-benar bersifat 'aegyo'
Bahkan dia akan sulit untuk mengenali dirinya sendiri.
Entah kapan aku juga akan lenyap bersama ingatannya dari kehidupan ini.
Tapi, Seung Ri!! jangan meninggalkanku lagi, karena aku baru sadar aku menyayangimu lebih dari siapapun.
Aniyo, bukan menyayangimu lagi tapi...
Bisakah kau menganggapku sebagai orang yang berarti di hidupmu ?