Hello, saya kembali mengupdate blog ini dengan postingan FF saya yang baru setengah jadi. Tak bisa banyak yang saya posting. ini hanya sekedar untuk menyalurkan ide-ide yang sulit untuk disalurkan ke dalam gambar. ini couple favorit saya selain Chae-Ri Selamat membaca ^^
CAST : - Park Bom as Bomie
- Choi Seung Hyun as Tabi
- Gong Minji as Minzy
GENRE : horror, mystery
“ARGH” terdengar suara rintihan seorang gadis di dalam ruang basket. Darah dari tangan kirinya tak kunjung berhenti, sedangkan tangan kanannya sedang memegangi cutter yang masih terlihat bekas darah segar di ujungnya. Bekas-bekas goresan benda tajam terlihat jelas di pergelangan tangannya. Mata gadis itu terpejam dan mengeluarkan sedikit air mata. Hanya dia yang dapat merasakan sakitnya ujung pisau menggores kulitnya
PRANKK
Cutter yang tadinya ada di genggaman gadis itu terjatuh ke lantai tak jauh dari tempat dia kini bersandar. Darah yang mengalir dari beberapa sayatan di tangannya berhasil membuat seragam putih gadis itu bersimbap darah.
“AH” rintihnya kemudian tersungkur ke lantai
TAP TAP TAP
Seorang laki-laki muncul dari pintu, nafasanya yang memburu memenuhi ruangan itu. Matanya yang besar sedang mencari sesuatu, sampai dia melihat gadis itu tersungkur.
“BOMMIE !!” teriaknya dengan mata yang membesar lebih dari sebelumnya. Sejurus kemudian dia langsung menggendong gadis yang bernama Bommie itu di punggungnya.
“Ouch” rintih gadis yang mengenakan topi itu ketika tangan yang masih bersimbap darah di tarik oleh laki-laki itu.
“Jangan sentuh, Tabi-san !” pekiknya dengan menarik kembali tangannya dan menendang nendang di udara.
“Diamlah, kau cerewet sekali sih jadi cewek !”
Dengan tatapan kesal akhirnya Bommie menuruti perkataan Tabi. Dia tertunduk lesu di gendongan Tabi. Kalau bukan Tabi, musuhnya, siapa yang akan menolongnya, pikir gadis berrambut panjang itu.
***
Tabi membawa Bommie ke Ruang Kesehatan yang terletak di ujung sekolah. Doktor jaga dan Perawat sudah pulang sejak bel pulang berbunyi. Sekolah ini jarang ada murid yang sakit, begitu alasannya. Sekarang matahari sudah berada di ujung haluan, hanya ada mereka berdua dan beberapa anak yang mengikuti Latihan Olahraga untuk kejuaraan tingkat Nasional masih berada di ruang letihan mereka masing masing. Dengan telaten Tabi membersihkan darah di sekitar tangan gadis itu dengan alcohol dan kapas yang dia ambil di kotak P3K, kemudian dia membalutnya dengan telaten. Mata Bommie masih tertutup. Tak tampak lagi raut wajah kesal ataupun kesakitan, melainkan raut wajah yang tenang tergambar jelas. Hanya saja bibirnya yang pecah-pecah mengeluarkan sedikit darah di ujungnya.
“BOMMIE !!” teriak seseorang dari luar ruang kesehatan itu. Tabi melonjak kaget. Dia segera berjalan keluar, melihat siapa yang memanggil gadis yang berasal dari America itu.
“Tidak ada orang” bisiknya sambil menutup kembali pintu ruang kesehatan itu.
“BOMMIE” kali ini suara lemas itu lebih keras terdengar. Tabi kembali membuka pintu ruang kesehatan itu kemudian menoleh kanan kiri koridor. Dari ambang pintu itu dia tak mendengar suara itu lagi
“Sepi” katanya dengan tak menampakkan wajah ketakutan sedikitpun. Dia kembali menutup pintunya
“Tabi-san..Tabi-san..Tabi-san..” Tabi berputar putar, dia seperti mendapat bisikan seorang gadis yang sedang ketakutan.
“TABI-SAN !!” suara kali ini keras dan nyata. Namun, Tabi menutup kedua telinganya dan meringkuk ketakutan karena suara mengerikan itu menghantui pikirannya
“Tabi-san ! Kau kenapa ?” Tanya seseorang yang berhasil menyadarkan Tabi. Dia mengangkat wajahnya dengan sedikit ketakutan.
“HUH ! Kau rupanya !” suara Tabi agak gemetar. Dia berdiri. Seseorang berdiri tak jauh dari tempatnya sekarang berdiri.
“Minzy, ada apa ?” Tanya Tabi dengan memaksakan senyum. Namun, wajah yang ketakutan tergambar jelas. Siswi yang memakai bed seragam sama seperti Tabi itu tersenyum lebar, memunculkan pipi chubynya.
“Bommie, aku mencarinya kemana-mana tapi tidak menemukan. Apa kau lihat kakakku yang satu itu ?” Tanya Minzy dengan menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang.
“Ya, dia ada bersamaku. Apa dia sering melakukan itu ?”
Alis Minzy bertaut. Wajah Minzy tampak penasaran.
“Apa ? jadi dia melakukannya lagi ?” teriak Minzy ketika Tabi menjelaskan panjang lebar pada adik Bomie yang satu ini. Tabi mengangguk. Kakinya bergelayut di udara, sedangkan Minzy mengelus-elus boneka coklat bertelinga panjang.
“Dia suddah sering seperti itu sejak orang tua kami berpisah…” lanjut Minzy dengan menunduk lesu. Dia menyodorkan boneka coklat itu pada Tabi.
“Ini Tam-Tam…Sejak 2 tahun lalu boneka inilah yang selalu mendengar cerita Bomie, dan Bomie tak pernah lagi menyayat tangannya lagi. Kalau kau lihat, di pergelangan tangan kanannya banyak bekas sayatan 3 tahun lalu, dan bekas bekas pukulan di lengannya”
Tabi hendak mengambil Tam-tam dari tangan Minzy, namun gadis itu menariknya kembali.
“Bukankah ini boneka ..” Minzy langsung turun dari jendela besar itu. Dia berbalik menatap tabi dalam-dalam
“YA! Ini boneka yang kau sembunyikan dari kakakku. Makanya Bommie jadi seperti ini sekarang. Dasar kau alien jelek !” Minzy menjulurkan lidahnya kea rah Tabi dan dia kembali masuk ke dalam ruang kesehatan.
“Tabi-san..Tabi-san..Tabi-san..” suara yang sama sebelum Minzy tadi menegurnya. Dia turun dari jendela besar itu dan berlari menuju ruang kesehatan.
TBC ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar